Selasa, 12 April 2011

Belati


“nak mati nian, kau !” Din bergumam. Giginya berkeriut saling beradu. Matanya nyalang.
“ku tujah kau….”
Tangan Din lincah mengasah pisau belati dengan batu asahan. Sudah dua jam ia mengasah pisau itu. Kini, belati itu sudah berkilat-kilat menggidikkan. Tapi Din belum puas. Kedua tangannya masih menekan mata pisau ke asahan, seolah hendak membuat dua benda itu menjadi remuk digenggamannya. Lela istrinya yang tengah hamil tua, sejak tadi berulangkali menegurnya,
Payo kak, makan dulu…!”  Ujar Lela yang berdiri di ambang pintu. Din jongkok membelakanginya.
“dari balek tadi, kakak terus ngasah piso…”

Ibu Kita Kartini itu siapa Bunda ?

Ibu kita Kartini
harum namanya....
Jadi, siapa sih nama bunda nama ibu kita kartini ?
harum ya ?!

Jika

Jika rindu menjeratmu saat ini
menjeritlah 
biar dunia basah di bawah
hujan kata-kata cinta
        jika benci mengekangmu
        maka berontaklah
        biar sumpah serapah
        berserak seperti sampah di tepi
        pantai sana
Sebab,
kehidupan akan amat singkat oleh penyesalan
dan
kebodohan adalah sejarah yang berulang


Sabtu, 09 April 2011

Jika kita dipersimpangan, Jalan mana pilihanmu ?

saudaraku
masih segar kuingat
saat itu dua ribu empat
kau berpendapat, 
     partaimu partai kantong sendiri
     aku tersenyum dan setuju, 
lalu kita berpisah
kau kian jauh melanglang jagat
ilmumu kian meningkat dan gelarmu tambah mengkilat
sedang aku diam di tempat 
hanya bertambah kerut di jidat
     namun partai bertambah hebat
     dapat menarik simpati rakyat
     jujur peduli kepada umat
     benci sekali pada maksiat
namun kini saudaraku
partaimu, partai kantong sendiri
tampaknya mulai berubah
sendi-sendinya mulailah goyah
para pendiri saling berbala
tiada lagi berbaik sangka
     karena itu saudara
     perlu aku bertanya
     jika kini kita berdua
     ada di persimpangan, jalan mana pilihanmu ?
     sebab mungkin, selanjutnya kita akan tempuh jalan berbeda








Lendir

Lendir , mungkin adalah kata yang bernasib paling malang. Orang sering melekatnya dengan sesuatu yang berarti jorok, menjijikkan dan tidak sepantasnya. Padahal, jika si orang mau berpikir, dirinyalah yang penuh dengan lendir. Ludah dan berbagai cairan penting tubuh lainnya, justru berwujud lendir. Jadi, orang secara sengaja sudah mem-fait accompli- lendir. Merampas kekedudukan dan martabat untuk duduk sama rendah berdiri sama tinggi dengan kata-kata lainnya. Karena itu, sepantasnya, orang disebut sebagai perampas hak azazi lendir (HAL)
Disamping itu, lendir sudah berjasa memberi banyak inspirasi bagi para penulis. entah itu puisi, cerpen, novel dan drama, tidak sedikit yang menjadikan lendir sebagai pokok bahasannya. perkara, kemudian hasil tulisan tersebut disebut sastra syahwat, cerita stensilan dan sebagainya, bukan salah lendir. Si penulis sendiri yang-mungkin- lagi dirongrong nafsu, atau setidaknya –lagi-lagimungkin– karena si penulis kurang piawai meracik tulisannya seputar lendir ini. Karena, seperti sambal, siapa bilang urusan syahwat tidak penting ? Cuma lantaran kurang sedap racikannya, kita jadi suka mengumpat sambal, diamput ! pedes e rek ! Padahal, nanti kita makan sambal lagi, makan lagi…
Lendir juga sering dikaitkan dengan bisnis yang dipandang sebelah mata, bisnis lendir ! kata orang untuk menyebut dunia jual beli pemuasan napsu. Padahal…, ah sudah lah nanti saya dicap orang sebagai pembela lendir lagi. Maaf.

Siapa Pembunuh Bayi Ini ?

ergeletak dalam plastik hitam kotor di tepi got yang penuh sampah
Tubuh mungil, kaku, pucat tapi indah bagai wajah malaikat
mengaku lah
wahai manusia bejat
jika bayi ini hidup, mungkin berpuluh tahun kemudian ia
seorang dokter,
penyelamat banyak nyawa
Berapa banyak manusia yang telah kau bunuh
wahai manusia jahat
Jika ia hidup berpuluh tahun kemudian
mungkin ia seorang guru, rohaniwan atau penulis buku
berapa banyak manusia yang telah kau sesatkan
wahai manusia bodoh
jikalau pun berpuluh tahun kemudian
ia menjadi seorang pecundang
seperti anda saat ini
Toh, ia tetap berhak untuk hidup
sebagaimana hak yang diberikan oleh Tuhan dan orangtua
ketika anda terlahir dulu