“nak mati nian, kau !” Din bergumam. Giginya berkeriut saling beradu. Matanya nyalang.
“ku tujah kau….”
Tangan Din lincah mengasah pisau belati dengan batu asahan. Sudah dua jam ia mengasah pisau itu. Kini, belati itu sudah berkilat-kilat menggidikkan. Tapi Din belum puas. Kedua tangannya masih menekan mata pisau ke asahan, seolah hendak membuat dua benda itu menjadi remuk digenggamannya. Lela istrinya yang tengah hamil tua, sejak tadi berulangkali menegurnya,
“Payo kak, makan dulu…!” Ujar Lela yang berdiri di ambang pintu. Din jongkok membelakanginya.
“dari balek tadi, kakak terus ngasah piso…”