Selasa, 17 September 2013

Religiusitas Dalam sastra




RELIGIUSITAS TOKOH DALAM NOVELETTE YANG HIDUP DI PINGGIRAN  KARYA TINUS KAYOMAN   


Nilawaty
Nomor Induk Mahasiswa  06097302001
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni




PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam sebuah tatanan kehidupan berbangsa, nilai-nilai yang dianut masyarakat menjadi penjaga bagi utuhnya tatanan itu. Nilai-nilai itu juga membentuk karakter suatu bangsa. Fakta sejarah menunjukkan bahwa bangsa yang maju dan terkemuka dalam percaturan dunia, selalu ditopang oleh suatu karakter yang penuh dengan nilai-nilai positif. Sebaliknya, jika nilai itu tergerus, akan menjadi sinyal awal bagi mundurnya suatu bangsa bahkan suatu peradaban.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,  khususnya bidang komunikasi dan informasi, membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia. Sekat-sekat jarak dan waktu menjadi sempit bahkan seolah hilang sama sekali. Pemikiran, gagasan, harapan seseorang secara sadar atau tidak banyak pula mempengaruhi diri orang lain. Dalam skala yang lebih luas sering terjadi pergeseran nilai yang dianut dalam suatu masyarakat.  Pergeseran yang dapat dimaknai secara positif namun di lain kesempatan  dituding sebagai biang keladi hilangnya nilai positif dari suatu bangsa. Hal ini misalnya tersirat dalam pernyataan yang dikemukakan oleh Suhariyanto dkk (1991 : 1-3) berikut :
                                Perkembangan  komunikasi,  baik   yang   bersifat  media  cetak           
                        maupun  yang   bersifat   elektronik  akan  membuat   dunia   ini   
                        seolah-olah  dekat   dan  akan  berpengaruh   langsung   ataupun   
                        tidak  langsung   terhadap    pergeseran  nilai-nilai.  Komunikasi
                        antara bangsa   menjadi lebih erat,   sehingga  kebudayaan  asing
                       dan    pola   berpikir ala  Barat   sering    berkembang     di tengah  
                        kehidupan     masyarakat kita….

        Untuk itu segala upaya untuk tetap mempertahankan nilai-nilai positif (luhur) di tengah-tengah masyarakat menjadi penting. Sumber dari semua nilai luhur tersebut adalah kesadaran manusia akan fungsinya sebagai hamba Tuhan  (interaksi vertikal) , sebagai mahluk sosial (interaksi horizontal) dan sebagai bagian dari alam (lingkungan hidup). Sehubungan dengan hal ini, karya sastra memiliki peran penting sebagai salah satu upaya mempertahankan nilai luhur. Karya sastra memberikan pencerahan bagi jiwa manusia yang mengering dilanda arus kemajuan yang membawa pula sikap materialistik, konsumtif  dan cenderung hedonistik .
Melalui karya sastra pembaca tidak hanya diajak untuk  menikmati dan memahami ekspresi jiwa pengarang tetapi juga menghayati nilai-nilai yang terkandung di dalam karya sastra tersebut. Nilai moral, didaktis, sosial dan religius yang terdapat dalam sebuah karya sastra diharapkan akan memberikan  masukan, contoh dan teladan bagi pembaca yang dapat diadaptasi dalam kehidupan sesuai dengan kondisi dan keadaan masing-masing. Karena itulah, menjadi penting untuk meneliti bagaimana sebuah karya sastra memberikan gambaran tentang nilai-nilai kepada para pembaca serta bagaimana pembaca dapat menarik pelajaran dari karya yang dibacanya.
Penulis memilih novelette Yang Hidup di Pinggiran  karya Tinus Kayoman sebagai obyek penelitian. Tinus kayoman adalah nama pena dari Rajab Agustini, S.Pd. Lahir di Palembang,  8 agustus  1971. Mulai menyenangi dunia tulis menulis sejak  menjadi mahasiswa di jurusan pendidikan Fisika IKIP Negeri Semarang (sekarang bernama Universitas Negeri Semarang)   tahun 90-an. Dimulai dengan menulis puisi dan cerpen yang dimuat di majalah dinding fakultas, lalu berlanjut ke Koran kampus. Beberapa  kali puisi dan cerpennya menjadi pemenang lomba di tingkat  fakultas dan Universitas. Misalnya Pada tahun 1994 , cerpennya yang  berjudul Istri Pilihan , menjadi juara  lomba penulisan cerpen dalam rangka pekan seni dan sastra IKIP Negeri Semarang. Pada tahun-tahun itu juga, cerita-cerita pendeknya yang banyak bertema realitas kehidupan kaum marginal mulai menghiasi harian lokal di kota Semarang. Cerpennya yang berjudul Rencana dimuat dalam antologi cerpen RITUS, bersama dengan cerpen penulis semacam Triyanto Triwikromo serta mendapat pujian dari sastrawan Ahmad tohari.Karyanya yang berjudul Yang Hidup di Pinggiran ini penulis kutip dari kumpulan cerpennya yang berjudul Yuni Gang Empat yang di buat tahun 2008 dan belum diterbitkan
Setidaknya ada dua alasan untuk itu : pertama, karya ini belum pernah dijadikan bahan penelitian sebelumnya. Kedua, setelah membaca cerita Yang Hidup di Pinggiran  penulis mendapati bahwa  cukup menarik untuk membahas religiusitas tokoh-tokoh dalam karya ini. Sebagai pembanding, Kelaramita (2009) meneliti nilai moral yang terdapat dalam novel karya Abidah El Khalieqy, Perempuan Berkalung Sorban. Sebuah novel dengan setting  pesantren   dan tokoh-tokoh bernama “Islam” serta pilihan diksi sarat dengan idiom-idiom keagamaan. Sebaliknya; setting, tokoh dan idiom dalam  novelette Yang Hidup di Pinggiran  boleh dikatakan bertolak belakang dengan novel itu. Tokoh utama dalam novelette ini ada tiga orang yaitu : Susi, seorang wanita penghibur, Bu Mar, seorang mantan “mami” dan Ustad Nurhidayat, seorang guru mengaji yang diduga terlibat perkara teroris. Berdasarkan hal inilah penelitian terhadap religiusitas tokoh dalam novelette  Yang Hidup di Pinggiran karya Tinus Kayoman penulis anggap perlu dilakukan.

1.2.  Masalah   
masalah  yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimanakah religiusitas tokoh  dalam novelette  Yang Hidup di Pinggiran  karya Tinus Kayoman .

1.3.  Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah mendeskrispsikan religiusitas tokoh-tokoh dalam novelette  Yang Hidup di Pinggiran  karya  Tinus Kayoman sehingga diperoleh gambaran yang lengkap mengenai religiusitas tokoh-tokoh itu.  

1.4.  Manfaat
Secara teoritis hasil  penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada semua pembaca dalam bentuk tergugahnya kesadaran bahwa religiusitas menjadi sebuah hal yang penting untuk terus ditingkatkan ditengah-tengah derasnya arus pusaran keadaan saat ini yang terus menerus menggerus nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat.
Secara praktis, diharapkan pembaca dapat  memperoleh gambaran tentang religiusitas dalam sebuah karya, mengapresiasi sebuah karya sastra serta selalu tertarik untuk meneliti dan menelaah karya tersebut dengan memandangnya dengan sudut pandang yang segar dan orisinil. Bagi mahasiswa yang kelak akan menjadi calon pendidik, kejelian dalam memilih sudut pandang pandang dan bahan pengajaran sastra diharapkan dapat meningkatkan gairah siswa untuk menikmati dan menekuni sastra Indonesia yang menurut para ahli masih memprihatinkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar