Rabu, 30 Maret 2011

potongan ending Harimau harimau (Mochtar Lubis)


.... Jika demikian dirinyalah yang dipikat oleh Siti
Rubiyah. Akan tetapi dia tak menyesal, dan dia tak merasa
benci pada Siti Rubiyah. Sebuah kesadaran baru timbul dalma
dirinya. Dia akan memasang jerat lain untuk menangkap kancil
untuk Zaitun... Buyung tersenyum pada dirinya sendiri ...
kemudian dia teringat pada saat penuh ketegangan, ketika dia
membidik harimau, dan jari menekan pelatuk senapan, di saat
itu sungguh dia amat terpedaya oleh suara iblis yaip
membisikkan ke telinganya untuk menahan pelatuk, agar
harimau menerkam Wak Katok lebih dahulu - akan tetapi dia
sadar, ingat pada kata-kata Pak Haji, bahwa harimau dalam
hatinyalah yang berbisik demikian, dan dia melawannya
dengan kuat. Dan dia merasakan, ketika dia menarik pelatuk,
bahwa bukan saja dengan tarikan pelatuk senapan dia telah
menembak mati harimau rimba yang buas, akan tetapi juga
harimau di dalam dirinya sendiri.
Sebuah kesadaran baru tentang hidup dan manusia terasa
tumbuh dalam dirinya. Dia tahu benar kini, mereka esok akan
pulang ke kampung dan tahu, dia tak akan kembali memenuhi
janjinya pada Siti Rubiyah. Apa yang terjadi antara Siti
Rubiyah dengan dia adalah sebagai air sungai yang telah
mengalir jauh di belakang -telah tertutup, telah habis - dia kini
tahu bahwa hidup manusia tak semudah yang disangkanya.
Siapakah yang menyangka hal-hal yang demikian dalam diri
Pak Balam, Sanip, Wak Katok, Pak Haji, Talib dan Sutan ...?
Setiap orang wajib melawan kezaliman di mana pun juga
kezaliman itu berada. Salahlah bagi orang memencilkan diri,
dan pura-pura menutup mata terhadap kezaliman yang
menimpa diri orang lain ... besar kecil kezaliman, atau ada dan
tak adanya kezaliman tidak boleh diukur dengan jauhnya
terjadi dari diri seseorang. Manusia di mana juga di dunia
harus mencintai manusia, dan untuk menjadi manusia
haruslah orang terlebih dahulu membunuh harimau di dalam
dirinya. Dia kini mengerti benar apa yang dimaksud oleh Pak
Haji dengan kata-katanya - bunuhlah dahulu harimau dalam
dirimu ....
Untuk membina kemanusiaan perlulah mencinta, orang
sendiri tak dapat hidup sebagai manusia... ya, dia akan
mencintai manusia, dia akan mulai mencintai Zaitun ... dia
akan belajar dan berusaha jadi manusia yang hidup dengan
manusia lain .... Buyung merasa sesuatu yang segar
memasuki dirinya, seakan sebuah beban berat yang selama ini
menimpa kepala dan seluruh dirinya telah terangkat. Alangkah
enaknya merasa jadi manusia kembali, lepas dari ikatan
takhyul, ikatan mantera dan ikatan jimat yang palsu.
Pinggangnya terasa bebas lepas dari ikatan jimat-jimat
palsu yang diberikan Wak Katok .... Buyung tersenyum, dan
berpaling pada Sanip, dan berkata : "Sanip, ada yang aku
sayangkan kita membuang jimat-jimat Wak Katok ke dalam
api."
"Mengapa?" tanya Sanip heran.
"Karena di antara batu-batu jimat itu, ada sebuah batu
yang sebenarnya baik dibuat cincin, diikat dengan suasa,
warnanya merah hati ayam, bagus sekali kalau digosok."
Sanip tertawa:
"Jika engkau ingin batu cincin, esok kita cari di sungai..."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar